- Filsafat pada masa kuno
Tokoh-tokoh filsuf katagori ini antara lain:
Thales (± 600 S.M.), Pythagorass (± 500 S.M), Sokrates (± 470-399 S.M.), Plato (428-348 S.M.), dan Aristoteles (384-322 S.M.). karena banyaknya filsuf-filsuf besar yang berasal dari yunani (sokrates, plato, dan aristoteles) sehingga pada periode inilah yang dikenal dengan paradaban yunani, dan sampai sekarang pemikiran meraka masih tetap digunakan.
2. Filsafat pada abad pertengahan sampai sekarang
Periode ini dimulai sekitar tahun 150-1308 M. yang merupakan kelanjutan dari pemikran para filsuf yunani. Diakui atau tidak yunani merupakan sumber terbesar dalam mempelajari ilmu filsafat, lawat pemikiran tiga filsuf besar (sokrates, plato, dan aristoteles) yang berasal dari sana hingga akhirnya banyak dipelajari oleh para filsuf islam. Perpindahan filsafat Yunani, Persia dan India masuk ke negeri Islam tidaklah sekaligus, dan tidak pula melalui satu jalan, ada tiga hal yang paling menonjol sebagai peran utama masuknya ilmu tersebut.
Pertama, Peranan perguruan Iskandariyyah, Perguruan Iskandariyyah adalah perguruan terbesar Yunani yang terletak di wilayah timur pengaruhnya dalam bidang keilmuan, kebudayaan, dan penemuan. Ia juga merupakan basis pertemuan bangsa-bangsa yang beraneka ragam: Yunani, Mesir, Yahudi, Itali, Arab, Persia, Ethiopia, Suria, Indian, dan Nubia serta bangsa lainnya. Penduduk aslinya memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dalam pengajaran filsafat. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa perguruan tinggi tersebut adalah basis dan markas pertama di dunia untuk mempelajari filasafat Yunani secara focus, yang lebih dikenal dengan sebutan Neo-platoisme.
Neo-Platoisme adalah gabungan antara ilmu filsafat dan agama yang muncul di akhir-akhir abad ke-dua Masehi. Tempat asalnya adalah Iskandariyyah. Para pendiri madzhab ini telah berupaya mengkombinasikan antara ajaran agama Masehi dan madzhab Yunani, terutama Plato.
Kedua, Peran individu. Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan berbagai negeri di wilayah Timur dan di wilayah Barat, mereka juga berhubungan dengan bangsa-bangsa yang mempunyai kebudayaan, adat-istiadat, dan kebiasaan yang bertolak belakang dengan kebudayan Islam, bahkan tidak jarang yang bertentangan dengan pengajaran secara umum dan ini menjadi transfer ilmu filsafat sedarhana bagi kaum muslimin
Ketiga, Peran terjemahan. Kebanyakan sumber menyatakan bahwa kegiatan penerjemahan ini bermula pada masa khilafah Bani Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Kholid bin Yazid tahun 85 atau 90 H. Kholid ini sangat gemar dengan buku-buku kimiaistilah kimia pada zaman dahulu adalah semacam sihir dan semisalnya (bukan ilmu kimia yang ada pada zaman sekarang red.), dan ia sendiri sangat pandai dalam ilmu ini, sampai-sampai dia mengarang tiga risalah tentang kimia, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Kholkan, hanya saja adz-Dzahabi mengingkari bahwa dia telah mengarangnya; bagaimana pun, sekurang-kurangnya Kholid mempunyai perhatian kepada ilmu ini. Dialah orang yang pertama kali yang mendatangkan para penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
Dari tiga hal itulah ilmu filsafat berkembang luas didunia islam, Sehingga dikemudian hari muncul filsuf-filsuf besar islam seperti Al-ghazali, ibnu sina (980-1037), ibnu rushd ( 1126-1198), al-kindi, dan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar