Minggu, 03 Januari 2016

Antara Cinta, Iman dan Akal

Antara Cinta, Iman dan Akal
Al-‘aqliyyuun yakin bahwa esensi manusia adalah “keberpikirannya”. Bagi mereka semakin sempurna seorang manusia, semakin sempurna pula pemikirannya. Karena itu insan kamil (manusia sempurna) menurut pandangan ini adalah orang yang paling sempurna nalarnya, dalam arti telah menyingkap rahasia wujud (keberadaan) sebagaimana kenyataannya.
Tafakkur, -dalam pengertian rasionalnya-, merupakan satu aktifitas utama yang menghantarkan manusia mencapai tujuannya. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil – albaab. (Yaitu) orang-ornag yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : ` Yaa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran 190-191).
Di sisi lain, para ‘urafa, meyakini bahwa esensi manusia adalah al-qalb (hati). Dalam pandangan ini ihsas(rasa) dan ‘isyq (Cinta) manusia mempunyai nilai lebih dibanding tafakkur – nya. Perlu dicatat di sini bahwa ‘isyq bukanlah dalam arti cinta seksual seperti cinta pada umumnya. Ada dua ciri ‘isyq menurut para ‘urafa ;
  1. Cinta ini bergerak menuju kepada Allah. Ma’syuq (obyek yang dicintai)-nya hanyalah Allah SWT.
  2. Cinta ini mengalir pada semua yang maujud; bintang, bulan, matahari dan yang ada di sekalian alam.
Dalam pandangan ini, seluruh keharmonisan alam adalah tanda aliran ‘isyq(Cinta) dalam segala sesuatu.
Bulan dan matahari
Langit dan bumi
Semuanya berputar-putar
Sedang Sang Penyanyi bergeletar
Bulan dan matahari
Langit dan bumi
Semuanya bak berpelukan
Bercumbu dan mencumbu Tuhan semata
Belum lagi ujung rumput nan ber-embun-an
Menambah sejuk segar hawa pagi nan ber-segar-an
Sepoi angin semilir rancak nan bertiupan
Ia pun mengatakan mari kita mencumbu Tuhan
Dalam semua adalah cinta
Meresapi semua adalah cinta
Tapi cinta pada Tuhan semata
Semua mencinta Tuhan semata
Walau mencumbu tapi tak perlu merayu
Walau mencumbu tapi tak perlu memeluk
Cukup katakan pada-Nya Duhai Sang Ayu
Sampai membanjir airmata meninggalkan ceruk
Hati (al-qalb) adalah sentral Cinta. Maka bagaimana agar manusia mencapai insan kamil ? Para ‘urafa yakin bahwa dengan akal (baca; nalar), manusia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan yang hakiki. Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan;
Kaki para filosof terbuat dari kayu
Kaki yang terbuat dari kayu tidaklah berkekuatan sedikitpun
Sebaliknya para ‘urafa meyakini adanya kitab’azali yang terdapat dalam diri setiap orang. Kitab Agung tempat khazanah pengetahuan Tuhan. Yaitu; hati. Tuhan tidak akan pernah dapat ditampung bimi dan langit, tapi Tuhan dapat ditampung (baca; hadir) pada hati mukmin.Dengan membersihkan hati (tazkiyyatun-nafs) dan mengkonsentrasikan hati serta mengarahkannya hanya kepada Allah, maka seseorang akan dapat mencapai derajat insan kamil.
Dalam kitab sufi tidak terdapat tulisan dan kata,
Yang ada hanya hati putih bak salju
Karena tulisan dan kata hanyalah rerantingan
Sedang Wujud yang dirasa adalah akar
Dan tulisan dan kata hanyalah kekhayalan
Seang rasakanlah Ia yang lebih dekat dari urat leher
Dalam hati sufi tidak terdapat berbagai pengetahuan
Yang ada hanya lah Ia sendiri
Qur’an Suci mengatakan; Beruntunglah mereka yang telah membersihkan dirinya (QS Asy-Syams 9).
Di sisi lain Qur’an Suci mengatakan ; Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling berwasiat tentang kebenaran, dan saling berwasiat tentang kesabaran. Jelas amal shalih apapun tanpa iman adalah seperti seorang gadis tanpa ruh. Walaupun secantik apapun hanyalah mayat. Sebaliknya iman tanpa amal shalih pun mustahil, seperti adanya aliran elektron tanpa arus listrik.
Iman (+amal shalih), akal dan cinta adalah tiga ekivalensi tapi mempunyai dimensi masing-masing. Tidak mungkin beriman terhadap sesuatu yang tidak masuk akal. Tidak mungkin mencintai sesuatu yang tidak diimani wujud-nya. Dan tidak mungkin akal kita dapat berkonsentrasi terus menerus untuk menyingkap rahasia Wujud Yang Maha Agung tanpa dorongan dari geletar ‘isyq yang ada dalam dada.
Apa kesimpulannya? Ketiganya hanyalah manifestasi dari satu hal yang sama. Tiadanya yang satu memustikan ketiadaan yang lain. Hanya saja dimensi kehidupan tak berhingga . Mana kala kita pandang dari sudut nalar, akal-lah namanya. Manakala kita pandang dari sudut hati, cinta-lah namanya dan manakala kita pandang dari sudut keyakinan, iman-lah namanya.
Dengan ketiganya, – atau mungkin lebih tepat lagi dengan segenap wujud nya-, seorang manusia dapt mendekatkan diri kepada Allah. Ketika seseorang sampai pada pintu keselamatan, tidak ada lagi hijab antara ia dengan allah. Dia dapat melihat Allah dengan mata hatinya. Baginya Tuhan benar-benar dapat disifati sebagai Azh-Zhaahir ( Yang Maha Lahir), atau bahkan An-Nuur (Cahaya (Mutlak)), sehingga tak ada suatu apa pun yang lebih jelas dari-Nya. Imam Husein bin ‘Ali (r.a.), -cucu Rasulullah (SAW) yang akan menjadi satu dari pemimpin para pemuda di surga-, mengatakan; “ Adakah maujud yang lebih jelas dan terang dari-Mu?”

Perbedaan Filsafat dan Filsafat Ilmu

Perbedaan Filsafat dan Filsafat Ilmu
 
Banyak ilmuwan dan golongan akademis yang masih belum memahami perbedaan antara ilmu filsafat dan filsafat ilmu secara ‘utuh’. Jika direnungkan kembali, perkembangan IPTEK saat ini sudah lebih cepat dari sebuah kedipan mata. Yang paling mencengangkan lagi adalah tidak hanya sekadar sekat-sekat antar disiplin ilmu dan arogansi ilmu saja yang terjadi saat ini, tetapi yang paling mendasar adalah terpisahnya ilmu itu dengan nilai luhur ilmu yaitu untuk menyejahterakan umat manusia (Bakhtiar, 2011). Jika dicermati lebih lanjut, ilmu filsafat harus dipahami terlebih dahulu secara mendalam dan holistik, sebelum menerapkan ilmu filsafat ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu). Pada hakikatnya, ilmu filsafat memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan ilmu-ilmu sebab ilmu filsafatlah yang telah melahirkan ilmu-ilmu. Oleh sebab itu, ilmu filsafat dikatakan sebagai ‘induk ilmu’. Menurut Setia (1997) filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari akar kata; ‘philein’ (cinta) dan ‘shopos’ (hikmah, kebijaksanaan, kebenaran). Jadi filsafat bermakna cinta akan kebijaksaan (love to the wisdom). Sebagai manusia, kita adalah mahluk yang senantiasa berpikir karena memiliki ‘idep’ (pikiran).
Dengan kemampuan berpikir inilah, pada awalnya manusia merasa keheranan dengan segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam. Hingga akhirnya dengan kemampuan berpikir inilah yang menghantarkan manusia untuk memperoleh suatu jawaban yang bersifat logis. Proses berfilsafat adalah proses berpikir, tetapi tidak semua proses berpikir adalah proses berfilsafat. Berpikir yang bagaimana dapat dikatakan berfilsafat? Berfilsafat adalah berpikir yang radikal, universal, konseptual, koheren, konsisten, sistematik, komperehensif, kritis, bebas, bertanggung jawab, dan bijaksana. Ilmu filsafat yang diterapkan ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) memperhatikan tiga penelahaan dasar ilmu yaitu aspek ontologi (teori hakikat / theory of being), epistemologi (teori pengetahuan/ theory of knowledge), dan aksiologi (teori nilai/ theory of meaning). Kajian ilmu filsafat dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) sangat penting dan fundamental. Keramas (2008) membedakan antara kajian ilmu filsafat dan kajian filsafat ilmu dengan menyatakan bahwa kajian ilmu filsafat ditujukan untuk mendapatkan kebenaran mutlak (absolut) yaitu benar dilihat dari berbagai sudut pandang dan benar pula untuk sepanjang masa sedangkan kajian filsafat pada ilmu (filsafat ilmu) bertujuan untuk memegang etika keilmuan, mencari kegunaan yang terbaik dari ilmu itu untuk kesejahteraan manusia, mencegah agar ilmu tidak menghancurkan manusia tetapi menyejahterakannya, serta mencari kebenaran common sense (bukan kebenaran mutlak/ kebenaran yang masuk akal/ kebenaran sementara/ kebenaran dalam praktek), namun tetap diupayakan mencari kajian-kajian yang mendekati kebenaran mutlak.

filsafat cinta dari Khalil Gibran

 Filsafat Cinta dari Khalil Gibran
 
Atas Nama Cinta
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.
Cinta 1
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
Cinta 2
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang disela-sela sayapnya melukaimu.
Cinta 3
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba.
Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.
Cinta 4
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.
Cinta 5
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang
Cinta Yang Berlalu
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.
Cinta Lelaki
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
Cinta Pertama
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.
Cinta Dan Air Mata
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.
Kalimah Cinta
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya
Lafaz Cinta 1
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Lafaz Cinta 2
Jangan menangis, Kekasihku... janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta.
Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.
Takdir Cinta
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.
Wanita
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

Filsafat cinta

 FILSAFAT CINTA
Demam film “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) menunjukkan bahwa kata “Cinta” benar-benar masih menjadi magnet bagi banyak orang, terutama remaja dan kaum muda. Tetapi sudahkah mereka memahami filsafat Cinta itu sendiri ataukah mereka hanya menjalani hubungan cinta yang dangkal dan tidak menunjukkan hakikat kemanusiaan itu sendiri?
Cinta bukanlah kata-kata, tetapi adalah tindakan konkrit yang diejawantahkan dalam kehidupan nyata. Demikianlah, buku ini adalah risalah Cinta yang sangat penting: renungan seorang filsuf muda yang telah menghasilkan berbagai karya (buku dan catatan budaya), Nurani Soyomukti.
Dengan menawarkan konsep Cinta yang akan membawa Anda pada pemahaman tentang cinta yang mendalam dan bermakna dalam hubungan antarmanusia, buku ini menawarkan universalisasi hubungan Cinta. Lebih dari sekadar buku yang memberikan kiat-kiat membagun hubungan Cinta eksklusif (pacaran dan pernikahan), buku ini mengkonstruksi sebuah pemahaman yang sangat utuh dan reflektif.
“Buku ini tidak layak dibaca oleh orang yang tidak percaya pada Cinta,” demikian Nurani Soyomukti menegaskan sebelum Anda membaca uraian kata-kata yang mencerahkan tetapi dikemas dengan bahasa yang tidak terlalu berat ini. Maka inilah buku filsafat Cinta yag akan membawa Anda pada pemahaman komprehensif tentang Cinta dan kisah kasih yang Anda jalin dalam kehidupan ini. reflektif, humanis, enlighten, dan kaya akan landasan teoritik… Inilah ‘Ayat-Ayat Cinta Universal’ itu!
Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki tapi hati-hatilah dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU. Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan. Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirinya tanpa suatu pertimbangan. Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Cinta bisa disembunyikan tapi cinta tidak bisa dibungkam, maka katakanlah selagi masih ada kesempatan atau kau akan kehilangan dan menyesal.
Cinta menerima apa adanya mencintai karena adanya perubahan, bukan cinta namanya melainkan perjanjian. Dalam cinta tidak ada perjanjian melainkan keikhlasan. Cinta penuh maaf dan rela berkorban demi yg tercinta bahagia. Mencintai karena ingin balasan, bukan cinta namanya melainkan pamrih. Dalam cinta tidak ada pamrih melainkan ketulusan. Cinta penuh keindahan meskipun hanya dalam khayalan. Jangan mencari jawaban cinta dengan logika, tapi tanyalah hati tentang perasaan cinta dan carilah pembenarannya melalui logika. Jika terus memaksakan keyakinan untuk diterima tanya pada diri sendiri, apa itu benar cinta..?
Cinta tidak bermain dengan logika, tapi rasa untuk selalu membuat bahagia, apapun bentuknya. Jangan salahkan perasaan cinta seseorang terhadapmu karena ia pun tidak pernah tau tentang rasa cinta yg tumbuh itu. Jangan kau benci karena cintanya padamu, ia pun tersiksa karena rasa cinta itu padamu. Jangan kau ambil kesempatan karena cintanya terhadapmu, karena sesungguhnya kau telah berbuat dzolim karena cintanya terhadapmu.
Cinta adalah anugrah Yang Maha Kuasa yg diberikan kepada hamba-Nya yg penuh keindahan dan hanya bisa dirasakan. Dengan cinta orang bisa menutupi luka, dengan cinta orang bisa menyembuhkan luka, dengan cinta orang masih bisa berharap karena cinta manusia masih mempunyai mimpi, karena cinta manusia bisa terluka, karena cinta manusia bisa bahagia.
Cinta sejati adalah cinta yg tidak pernah mengharap untuk dibalas. Cinta sejati hanya memberi walau tanpa menerima. Cinta sejati bisa terluka, tapi tidak kuasa memberikan luka. Hanya cinta Sang Pencipta yg tak pernah mengharap balasan. Hanya cinta Sang Khalik yg tak pernah pamrih. Hanya cinta Sang Pencinta itu sendiri yg selalu setia. Maka cintailah Dia..maka engkau tak akan dikecewakan. Cintailah Dia, karena cintamu akan terbalas. Cintailah Dia..karena Dia selalu setia. Cintailah Dia..karena kau akan bahagia….

Dunia pendidikan

 DUNIA PENDIDIKAN
 
Manusia hidup didunia ini hanyalah untuk belajar dan belajar, karena kita manusia ini bersifat kurang, dalam artian kurang segala galanya seperti manusia ini tidak ada yang mengatakan lebih mereka pastilah mengucapkan kurang, entah dalam logistik maupun keilmuan.

Dalam sebuah pendidikan kita belajar yang namanya sebuah kehidupan baik kehidupan disekolah maupun kehidupan dimasyarakat, dalam kehidupan dalam ruang pendidikan manusia patilah butuh dengan yang namanya sebuah motivasi entah motiasi dari dalam jiwa maupun dengan motivasi orang lain, seperti dalam pendidikan ini kita mengenal yang namanya Kata kata Mutiara Pendidikan ini, mungkin dengan kata kata mutiara pendidikan ini anda bisa termotiasi untuk lebih giat belajar lagi, baiklah kita langsung saja untuk membaca kata kata mutiara pendidikan sperti dibawah ini.

Kata Mutiara Pendidikan
Kata Mutiara Pendidikan

Albert Einstein pernah berkata, "Pendidikan adalah apa yang tersisa (di kepala) setelah seseorang lupa akan apa yang ia pelajari di sekolah."
Aristoteles mengungkapkan, "Pendidikan adalah perbekalan terbaik saat lanjut usia."
Aristoteles juga pernah mengatakan, "Akar pendidikan itu rasanya pahit; tapi buahnya manis."
Seorang bijak pernah berkata, "Mendidik manusia tanpa ajaran agama itu sama saja menciptakan setan yang sangat jenius."
Jean Piaget mengungkapkan, "Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang dapat melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang sudah dilakukan generasi sebelumnya Manusia yang kreatif, memiliki daya cipta, memiliki hasrat keingintahuan."
Seorang mengatakan, "Pendidikan tidak akan sangat berguna jika hanya mengajarkan cara hidup; tapi akan lebih berguna jika mengajarkan cara membuat kehidupan."
G.M Travelyan mengungkapkan, "Pendidikan sudah menciptakan masyarakat yang dapat membaca; tapi tidak dapat menciptakan masyarakat yang dapat membedakan buku apa yang pantas dibaca."
Pernah ada seseorang bilang, "Ciri-ciri orang yang bergelar Profesor itu adalah ia sering salah tapi jarang merasa ragu."
A.A Milne pernah berkata, "Bagi orang yang tidak berpendidikan; huruf A hanyalah 3 buah garis."
Victor Hugo mengatakan, "Orang yang membuka pintu sekolah, ia menutup pintu penjara."
Orang bijak berkata, "Orang yang berpendidikan itu adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari pengalaman buruk yang pernah ia rasakan."
George Santayana bilang, "Anak kecil yang hanya dididik di sekolah adalah anak yang tidak berpendidikan."
Anatole France mengungkapkan, "Pendidikan bukanlah tentang seberapa banyak hal yang kau masukkan dalam ingatan, atau seberapa banyak kau tahu. Pendidikan adalah mampu membedakan antara apa yang kau tahu dengan apa yang kau tidak tahu."
Seseorang pernah mengatakan, "Pendidikan adalah kunci yang dapat membuka pintu emas kemerdekaan."
John Dewey berkata, "Pendidikan adalah proses hidup; dan bukan persiapan hidup di masa depan."
John F. Kennedy mengungkapkan, "Kemerdekaan tanpa belajar itu selalu beresiko; sementara belajar tanpa kemerdekaan itu selalu sia-sia."
Orang bijak pernah berkata, "Pendidikan anak harus dimulai sejak ia masih dalam kandungan agar jika ia lahir, ia akan mencoba mengingat betapa besar kasih sayang seorang ibu."
Gilbert K. Chesterton mengatakan, "Pendidikan adalah periode di backbone kau diajar oleh orang yang tak dikenal, tentang sesuatu yang tak ingin kau kenali."
Chuang Tzu bilang, "Hukuman dan Hadiah adalah bentuk batten rendah pendidikan."
Mandel Creighton mengungkapkan, "Tujuan pendidikan adalah agar seseorang seolah-olah terus menerus mengajukan pertanyaan."
Orang bijak pernah berkata, "Tidak ada pendidikan terhebat selain kesengsaraan."
Ralph Waldo Emerson mengatakan, "Rahasia pendidikan itu terletak pada penghormatan terhadap siswa."
Epictetus mengungkapkan, "Hanya orang yang berpendidikan saja yang dapat bebas."

bekas pondokku dulu

Sejarah Singkat MALNU Perguruan Islam MALNU (Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama) Pusat Menes pada awalnya bernama “Mathla’ul Anwar”, didirikan di Menes pada Tahun 1335 H. bertepatan dengan tahun 1916 M, diantara pendirinya adalah KH. Abdurrahman Bin Jamal, Kh. E. Muhammad Yasin, KH. Tb. Soleh Kananga, dan KH. Arsyad Tegal – Menes (Kakek KH. Tb. A. Ma’ani Rusydi; Ketua Umum PB. MALNU Sekarang). Pada Tahun 1926 M., nama Mathla’ul Anwar disempurnakan menjadi Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) sesuai dengan kesepakatan para Ulama Murid Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantany disaat mendirikan Jam’iyah Nahdlatil Ulama dibawah pimpinan Hadlrotusy Syekh KH. Hasyim Asy’ari. System pendidikan yang diterapkan pada Perguruan Islam MALNU (Mathla’ul Anwar Linahdlatil ‘Ulama) menggunakan system klasik dari tingkat 1 sampai 7 dengan menerapkan kurikulum pendidikan Ulama Salaf. Pada Tahun 1968 M. system pendidikan disempurnakan dari system klasik tingkat I sampai 7 menjadi tingkatan yang bertingkat dari Madrasah; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Dari sinilah berdiri Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes. Secara legalitas kelembagaan dibentuk Yayasan Perguruan Islam MALNU di Menes Pandeglang-Banten pada tanggal 7 Juli 1972 yang dikukuhkan dengan akta Notaris Tb. MH. Suhadisastra, No. 111 tanggal 11 Juli 1972, sebagai ketua Umumnya KH. Tb. Ma’ani Rusydi. Dalam upaya pengembangan kualitas pendidikan pada tahun 1989, Perguruan Islam MALNU dan Ma’had Al-Mu’awanah menyatu menjadi sebuah sekolah berasrama (Boarding School) dengan menggunakan system pondok pesantren salafiyah dan modern, yang beralamatkan di Jalan Alun-Alun Timur Menes Tlp. (0253) 501167 – 501555 Pandeglang Banten 42262. Alhamdulillah, dari upaya yang dilakukan melalui visi, misi dan tujuan Perguruan Islam MALNU, dengan membangun Manhaj kurikulum Pendidikan yang didirikan di atas nilai-nilai salafiyah dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai pendidikan modern, dan penerapan kurikulum Pendidikan Nasional, mendapat tanggapan dan dukungan yang positif dari semua pihak, terlebih pihak-pihak yang mencintai pendidikan Islam. Untuk menjawab kepercayaan yang telah tergabung dengan baik, dimana animo masyarakat cukup menggembirakan, dengan bukti dimana peserta didik Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes untuk Tahun Pendidikan 2010/2011 telah mencapai 900 Peserta Didik dari jumlah ini yang baru dapat di asramakan sebanyak 300 Orang. Maka seyogyanya kami berusaha semaksimal mungkin agar kepercayaan masyarakat dapat terwujud dengan hasil yang menggembirakan, yaitu dimana seluruh lulusan (Output – Out come) Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes menjadi lulusan yang terbaik; Untuk diri peserta didik dan lingkungan masyarakatnya, tentunya hal ini perlu mendapatkan dukungan dan kerja sama dari semua pihak didalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Banten khususnya.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

aliran filsafat islam

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ISLAM

A.     ALIRAN PARIPATETIK


Istilah paripatetik muncul sebagai sebutan bagi para pengikut Aristoteles. Paripatetik sendiri berasal dari bahasa Yunani “paripatein” yang berarti berkeliling, berjalan-jalan berkeliling. Kata ini juga menunjuk pada suatu tempat, beranda dari peripatos. Dan dalam tradisi Yunani, kata ini mengacu pada suatu tempat yang biasa digunakan oleh Aristoteles untuk mengajar sambil berjalan-jalan. Dalam tradisi filsafat islam paripatetik disebut dengan istilah masysyaiyyah yang diambil dari kata masya-yamsyi-masyyan wa timsyaan yang juga memiliki arti berjalan atau melangkahkan kaki dari satu tempat ketempat yang lainLanjutkan Membaca.
Terdapat beberapa ahli hikmah baik yang islam maupun non islam yang dikelompokkan sebagai para filosof paripatetik. Dikatakan sebagai filosof paripatetik dikarenakan oleh  landasan epistemologi yang digunakan bagi filsafat mereka berdasarkan rasional murni yang tersusun dari premis minor dan premis mayor yang telah disepakati. Para filosof tersebut antara lain Plato, Aristoteles, Plotinus. Sementara dari dunia islam antara lain al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina yang kebetulan menjadi wakil para filosof paripatetik sebelumnya, serta pemikirannya yang menjadi objek pembahasan kami pada makalah ini.
a)      Ibn Sina
Abu Ali Hussein ibn Abdullah ibn Sina, yang di Barat dikenal dengan nama Avicenna dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afsyana dekat Bukhara, dan meninggal di Hamadan pada tahun 428 H/1037 M. Di Timur ia dikenal sebagai Hujjat al-Haqq (bukti sang Tuhan/kebenaran), Ia terlahir dari keluarga yang menganut paham isma’iliyah. Sejak usia dini, Ibn Sina sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan ayahnya yang selalu memperhatikan pendidikannya . di usianya yang kesepuluh, Ibn sina sudah menguasai keseluruhan al-Qur’an dan tata bahasa, dan sudah mulai mempelajari logika dan matematika.  Setelah menguasai logika dan matematika, ia pun segera beranjak untuk mempelajari  fisika, metafiska, dan kedokteran kepada Abu Sahl al-Masihi. Di usianya yang ke enam belas ia sudah mahir dalam semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di masanya kecuali metafisika seperti terkandung dalam metafisikanya Aristoteles yang  walaupun ia telah membacanya berulang-ulang  bahkan sampai menghafalnya ia masih belum bisa memahaminya. Namun hal itu pun teratasi ketika ia membaca ulasan-ulasan al-Farabi tentang metafisika Aristoteles  yang memberikan penjelasan pada bagian-bagian yang dianggap rumit oleh Ibn Sina. Di usianya yang ke delapan belas, Ibn Sina sudah menguasai semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di masanya tanpa terkecuali, sejak saat itu Ibn Sina sudah tidak lagi memperluas pengetahuannya, beliau hanya mendalami pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya. hal ini tercermin dari perkataannya yang ia ucapkan kepada muridnya, al-Juzjani di penghujug usianya bahwa sepanjang tahun yang telah ia lalui ia telah mempelajari tidak lebih dari apa yang ia ketahui sebagai seorang pemuda yang berusia delapan belas tahun.
b)      Ontologi
Berbicara masalah status ontologis segala sesuatu, secara otomatis kita akan berbicara masalah hakikat dari sesuatu yang akan kita bahas. Pada hal ini objek pembahasan kita adalah ontologi dari filsafat paripatetik menurut Ibn Sina.  Hakikat sesuatu tergantung pada eksistensinya, dan pengetahuan atas sebuah obyek pada puncaknya adalah pengetahuan terhadap status ontologisnya dalam rangkaian eksistensi universal yang menentukan seluruh atribut dan kualitasnya. Kajian Ibn Sina yang menjadi ciri utama dari seluruh gagasan ontologinya adalah mengenai perbedaan yang sangat mendasar tentang segala sesuatu. Perbedaan itu adalah mengenai kuiditas atau esensi (mahiyah) sesuatu dan eksistensinya (wujud) sesuatu, berikut keniscayaan, kemungkinan, dan kemustahilannya. Namun sebelum kita membahas lebih jauh perihal gagasan ontologinya Ibn Sina, alangkah baiknya kalau kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan kuiditas (mahiyah) dan eksistensi (wujud). Berbicara masalah kuiditas (mahiyah) biasanya identik dengan pertanyaan apakah sesuatu itu? (ma hiya). Untuk lebih jelasnya kita akan coba untuk membawanya pada perumpamaan. Misalnya, ketika seseorang membayangkan seekor ayam jantan, maka secara tidak langsung orang itu dapat membedakan gagasan tentang ayam jantan tersebut yang meliputi warna, bentuk, dan sebagainya yang disebut sebagai kuiditas (ahiyah) dengan ayam jantan itu sendiri yang ada pada realitas external yang disebut exsistensi (wujud). Di dalam pikiran kuiditas sesuatu tidak terikat dengan eksistensinya artinya bahwa setiap orang dapat memikirkan apapun, kendati apa yang dipikirkan itu tidak ada pada realitas eksternal. Seperti ketika seseorang bisa berpikir tentang manusia yang bersayap, yang pada realitasnya eksternalnya manusia bersayap itu tidak ada. Namun dalam realitas eksternal kuiditas dan eksistensi itu adalah hal yang sama, tak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Artinya bahwa kuiditas dan eksistensi itu bukanlah dua hal yang memiliki realitas eksternal masing-masing melainkan pada realitas eksternal keduanya itu adalah satu komponen yang membentuk satu realitas di dalam realitas eksternal. Dari penjelasan di atas, dapat kita hubungkan langsung  dengan pokok permasalahan yang akan menjadi dasar prinsip (ashl) Ibn Sina adalah tentang pendapat beliau yang menyatakan bahwa eksistensilah yang memberikan realitas pada setiap kuiditas. Walaupun beberapa abad berikutnya, pendapat ini mendapat kritikan keras dari pilosof Suhrawardi yang justru memiliki konsep yang berbeda dengan konsep (ashl) Ibn sina. Dan persoalan ini akan kami bahas pada pembahasan berikutnya seputar Suhrawadi.
Hal lain yang menjadi perbedaan mendasar mengenai kuiditas dan eksistensi dalam sudut pandang Ibn Sina adalah mengenai pemilahan beliau tentang wujud niscaya (wajib), mungkin (mumkin), dan mustahil (mumtani’). Inilah formulasi original dari Ibn Sina yang disepakati oleh para pilosof setelahnya.
  1. Niscaya ( wajib)
Apabila kuiditas tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya, namun ketiadaannya adalah hal yang mustahil karena akan menimbulkan kontradiksi itulah disebut dengan wujud niscaya (wajib). Dalam kasus ini, kuiditas dan wujud merupakan hal yang sama, kuiditasnya adalah wujud dan wujud adalah kuiditas. Sesuatu yang dapat kita nisbatkan sebagai wujud niscaya ini adalah tuhan, yang keberadaannya adalah sebuah keharusan, sebab keniscayaannya akan menimbulkan banyak kontradiksi.

     2. Mungkin (mumkin)

Apabila kuiditas sebuah objek berhadapan dengan eksistensi dan noneksistensi. Artinya bahwa sesuatu itu bisa ada atau tidak ada tanpa menimbulkan kontradiksi atau kemustahilan, maka sesuatu itu bisa dikatakan sebagai wujud mungkin (mumkin). Banyak hal yang bisa kita nisbatkan pada wujud mungkin ini, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya. Bahwa keberadaan atau ketiadaan manusia itu tak akan menyebabkan suatu kemustahilan atau kontradiksi. Ia bisa ada atau pun tidak ada.

      3. Mustahil (mumtani’).

Apabila seseorang melihat kuiditas sebuah objek di dalam pikiran, dan kuiditas tersebut tidak dapat diterima oleh eksistensi dengan cara apapun yaitu kuiditas tersebut tidak dapat eksis karena tidak ada eksistensi yang mampu menerimanya , maka objek tersebut tidak ada atau mustahil ada (mumtani’).
Selanjutnya bahwa Ibn Sina juga membagi wujud mungkin itu sendiri menjadi dua bagian, pertama adalah wujud mungkin yang di dalam dirinya dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya, dan yang kedua wujud mungkin yang di dalam dirinya tidak dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya. Hal ini akan kami bahas dalam pembahasan  kosmologinya Ibn Sina pada pembahasan kosmologi.
c)      Kosmologi
Pembahasan kosmologi ini membahas tentang proses bagaimana suatu ketunggalan itu bisa berubah menjadi suatu keragaman, layaknya alam semesta, para malaikat yang beragam itu berasal dari suatu yang tunggal yaitu tuhan. kosmologi melalui sudut pandang Ibn Sina ini sebenarnya sangat berkaitan erat dengan pembahasan angelologi. Maksudnya bahwa malaikat memiliki peran dan signifikansi dalam proses penciptaan. Dengan bersandarkan kepada skema pancaran hierarki malaikat yang berurutan, namun masih dalam koridor kemungkinan dan ketergantungannya sebagai makhluk. Maka dari sinilah Ibn Sina berpandangan bahwa dari yang satu itu hanya mungkin melahirkan satu wujud. Wujud itulah yang disebut akal pertama sebagai pancaran langsung dari tuhan. Dan dari wujud pertama memancarkan akal kedua serta langit pertama, begitu seterusnya hingga sampai akal ke sepuluh dan bumi, dan dari akal ke sepuluh memancarkan segala sesuatu yang ada di bumi. Dikatakan juga bahwa akal pertama itu adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah jibril. Ibn Sina juga menggunakan gagasan bahwa melalui inteleksilah proses penciptaan itu terjadi.
Penting juga untuk diketahui bahwa  akal satu itu memiliki dua sifat, pertama adalah sifat al-wajib wujud lighairihi hal ini jika ditinjau dari sifat akal satu sebagai pancaran langsung dari tuhan. Yang kedua adalah mumkin al wujud lidzatihi hal ini jika ditinjau dari hakikat dirinya.
Sebelum masuk pada pembahasan selanjutnya ada baiknya kalau kita membahas terlebih dahulu tentang keterbagian wujud mumkin menjadi dua bagian, yang pertama adalah wujud mumkin yang mengandung sifat niscaya dan wujud mumkin yang sama sekali tidak mengandung sifat niscaya. Wujud mumkin yang pertama ini adalah apa yang kita sebut  malaikat sebagai “akibat abadi” dari Tuhan, artinya bahwa Tuhan menjadikannya sebagai wujud yang niscaya namun tingkat keniscayaan disini berbeda dengan keniscayaan yang ada pada Tuhan.  Wujud mumkin yang kedua ini adalah apa yang kita sebut manusia, hewan, dsbg. Artinya bahwa wujud manusia ini tidak bersifat abadi. Inti perbedaannya adalah bahwa wujud mumkin para malaikat bersifat abadi dan wujud mumkin manusia, hewan, dsbg itu tidak bersifat abadi.

Nilai-nilai filsafat

NILAI - NILAI FILSAFAT

Filsafat nilai yang dalam kajiannya dikenal dengan Aksiologi merupakan pengatahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Menurut Suriasumantri (2001:32) Secara garis besar pokok permasalahan yang dikaji filsafat ada tiga hal yakni; apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termassuk jelek (estetika).
  1. Filsafat logika
Filsafat logika adalah melakukan penalaran terhadap suatu hal untuk mendapatkan suatu kesimpulan baru yang dianggap benar (valid). Ada dua model penalaran logika untuk mengambil suatu kesimpulan. Pertama, logika induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum  dari berbagai kasus yang bersifat individual. kedua, logika deduktif adalah kegiatan berpikir dimana ditarik kesimpulan yang bersifat khusus dari berbagai kasus yang umum.
    2.  Filsafat etika Etika merupakan cabang aksiologi yang lebih khusus membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau tidak. filsafat etika lebih mengarah pada hubungan sosial yang pada umumnya belum masuk dalam katagori hukum, objek kajiannya lebih mengarah pada permasalahan nilai moral social.
    3Filsafat estetika Filsafa estetika adalah suatu proses berpikir untuk memahami dan mengkaji secara mendalam tentang hakikat dari yang apa dinamakan “Indah”. Sehingga nillai filsafat estetika erat kaitannya dengan karya seni. Dan keindahan dapat dilihat hanya dengan estetika.
    4.  Filsafat dalam islam
Sebelum mengkaji filsafat dalam islam, ada baiknya kita memahami apa yang dinamakan filsafat islam. Filsafat Islam adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hekekat segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya filsafat Islam itu adalah Filsafat yang berorientasi kepada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.
Karena filsafat adalah induknya segala ilmu, sebagai induk segala ilmu, maka filsafat mempengaruhi ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu Fiqih, ilmu Kalam, Tafsir dan sebagainya. Berbicara mengenai hukum fiqih, maka fiqih sendiri bengandung arti mengerti dan memahami. Untuk memahami diperlukan pikiran dan penggunaan akal. Selain itu fiqih juga memakai ijtihad yang pada intinya adalah pemakaian akal untuk dalil-dalil yang bersifat dzonniy dan terhadap kasus-kasus hukum yang tidak jelas atau sama sekali tidak ada dasarnya baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadits.
Demikian juga untuk menafsirkan Al Qur’an, menjelaskan hubungan manusia dengan Allah dalam ilmu Tasawwuf, menjelaskan kandungan hadits, banyak sekali digunakan pemikiran. Dengan demikian filsafat sangat besar pengaruhnya terhadap
Dari beberapa uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa filsafat dalam islam mempunyai peranan penting,  karena dengan filsafat seorang dapat memahami hakekat dan kebenaran tuhan (Allah).

Sejarah perkembangan filsafat

Sejarah Perkembangan Filsafat

  1. Filsafat pada masa kuno
Sejarah filsafat pada masa kuno dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas (alam) yang ada. Dalam catatan sejarah yang ada, awal perkembangan filsafat dimulai sekitar tahun 600 S.M. dan berada dimilete. Pada waktu itu milete merupakan kota penting yang mempertemukan jalur perdagangan antara Mesir, Itali, Yunani, dan Asia. Karena merupakan kota transit dari berbagai Negara yang terlibat dalam perdagangan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan dari berbagai latar belakang dan pemikiran.
Tokoh-tokoh filsuf katagori ini antara lain:
Thales (± 600 S.M.), Pythagorass (± 500 S.M), Sokrates (± 470-399 S.M.), Plato (428-348 S.M.), dan Aristoteles (384-322 S.M.). karena banyaknya filsuf-filsuf besar yang berasal dari yunani (sokrates, plato, dan aristoteles) sehingga pada periode inilah yang dikenal dengan paradaban yunani, dan sampai sekarang pemikiran meraka masih tetap digunakan.
  
       2. Filsafat pada abad pertengahan sampai sekarang
Periode ini dimulai sekitar tahun 150-1308 M. yang merupakan kelanjutan dari pemikran para filsuf yunani. Diakui atau tidak yunani merupakan sumber terbesar dalam mempelajari ilmu filsafat, lawat pemikiran tiga filsuf besar (sokrates, plato, dan aristoteles) yang berasal dari sana hingga akhirnya banyak dipelajari oleh para filsuf islam. Perpindahan filsafat Yunani, Persia dan India masuk ke negeri Islam tidaklah sekaligus, dan tidak pula melalui satu jalan, ada tiga hal yang paling menonjol sebagai peran utama masuknya ilmu tersebut.
Pertama, Peranan perguruan Iskandariyyah, Perguruan Iskandariyyah adalah perguruan terbesar Yunani yang terletak di wilayah timur pengaruhnya dalam bidang keilmuan, kebudayaan, dan penemuan. Ia juga merupakan ba­sis pertemuan bangsa-bangsa yang beraneka ragam: Yunani, Mesir, Yahudi, Itali, Arab, Persia, Ethiopia, Suria, Indian, dan Nubia serta bangsa lainnya. Penduduk aslinya memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dalam pengajaran filsafat. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa perguruan tinggi tersebut adalah basis dan markas pertama di dunia untuk mempelajari filasafat Yunani secara focus, yang lebih dikenal dengan sebutan Neo-platoisme.
Neo-Platoisme adalah gabungan antara ilmu fil­safat dan agama yang muncul di akhir-akhir abad ke-dua Masehi. Tempat asalnya adalah Iskandariyyah. Para pendiri madzhab ini telah berupaya mengkombinasikan antara ajaran agama Masehi dan madzhab Yunani, terutama Plato.
Kedua, Peran individu. Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan berbagai negeri di wilayah Timur dan di wilayah Barat, mereka juga berhubungan dengan bangsa-bangsa yang mempunyai kebudayaan, adat-istiadat, dan kebiasaan yang bertolak belakang dengan kebudayan Islam, bahkan tidak jarang yang  bertentangan dengan pengajaran secara umum dan ini menjadi transfer ilmu filsafat sedarhana bagi kaum muslimin
 Ketiga, Peran terjemahan. Kebanyakan sumber menyatakan bahwa kegiatan penerjemahan ini bermula pada masa khilafah Bani Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Kholid bin Yazid tahun 85 atau 90 H. Kholid ini sangat gemar dengan buku-buku kimiaistilah kimia pada zaman dahulu adalah semacam sihir dan semisalnya (bukan ilmu kimia yang ada pada zaman sekarang red.), dan ia sendiri sangat pandai dalam ilmu ini, sampai-sampai dia mengarang tiga risalah tentang kimia, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Kholkan, hanya saja adz-Dzahabi mengingkari bahwa dia telah mengarangnya; bagaimana pun, sekurang-kurangnya Kholid mempunyai perhatian kepada ilmu ini. Dialah orang yang pertama kali yang mendatangkan para penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
Dari tiga hal itulah ilmu filsafat berkembang luas didunia islam, Sehingga dikemudian hari muncul filsuf-filsuf besar islam seperti Al-ghazali, ibnu sina (980-1037), ibnu rushd ( 1126-1198), al-kindi, dan yang lainnya.

Indonesia Negeri Saba'

Indonesia Negeri Saba’

Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, bahwa sebenarnya “Candi Borobudur” adalah bangunan yang dibangun oleh “Tentara Nabi Sulaiman” termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur’an sebagai “Arsy Ratu Saba'”, sejatinya PRINCES OF SABA atau “RATU BALQIS” adalah “RATU BOKO” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa.
Sedangkan kepulauan jawa terdapat beragam candi-candi baik itu candi gedung songo, prambanan, candi mendut maupun candi borobudur yang identik dengan candi-candi yang bergariskan dengan lambang-lambang patung agama Budha.
Sementara itu patung-patung di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting (perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ).

Hasil riset tersebut juga menyimpulkan bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai “BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur’an.
Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman As dan negeri yang beliau wariskan ternyata secara kebetulan diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Yogyakarta – Jawa Tengah. Nabi Sulaiman As mewarisi kerajaan dari Nabi Daud As yang dikatakan didalam Alqur’an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA”, menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = gunung dan indra = raja.

Jadi sebenarnya Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina bukan keturunan Israel asli yang hanya terdiri 12 suku, tapi mereka menamakan diri suku ke 13 yaitu Suku Khazar (yang asalnya dari Asia Tengah) hasil perkawinan campur Bani Israel yang mengalami diaspora dengan penduduk lokal, posisi suku Khazar ini mayoritas di seluruh dunia. Sedang Yahudi asli Telah menghilang yang dikenal sebagai suku-suku yang hilang “The Lost Tribes” yang mana mereka pergi ke timur dan banyak yang menuju ke “THE PROMISED LAND” yaitu Indonesia.

Dan kalau kita merunut lagi kembali seperti apa yang telah disampaikan oleh KH. Fahmi Basya tentang Candi Borobudur, maka akan semakin tampak jelas bahwa ketika beliau menjelaskan tentang Negeri Saba’ disitu dikatakan bahwa sebuah pemerintahan yang sangat kuat karena dipimpin oleh Nabi Sulaiman As dan Ratu Balqis dari hasil riset dengan di dukung oleh data-data yang ada, maka terbukti bahwa NEGERI SABA’ itu adalah INDONESIA dengan pusat pemerintahan di Jawa dan ARSY SABA’ yang dipindahkan atas perintah Nabi Sulaiman As adalah Candi Borobudur yang dipindahkan dari Istana Ratu BOKO, dan NEGERI SABA’ inilah yang kemudian dikatakan oleh KH Fahmi Basya ada kemiripan antara Cerita dengan BENUA ATLANTIS yang hilang itu. Dan sungguh luar biasa kalau fakta itu benar, berarti Negeri ini telah mewarisi peradaban besar bangsa-bangsa.

Aliran filsafat pendidikan



ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Progresivisme
Progresivisme secara bahasa dapat diartikan yang menginginkan kemajuan. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekadar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis.
Oleh karena itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan tidak lain adalah proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodofikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu – ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan – perubahan yang menjadi kecenderungan dalam suatu masyarakat.

Esensialisme
Disamping adanya perubahan, aliran ini berpendapat adayang sifatnya abadi, tetap sepanjang zaman, yaitu berupa esensi atau inti dan hakikat sesuatu. Contoh, meskipun wujud riil manusia berubah dari waktu ke waktu, tetapi hakikat manusia tetap ada, bagaimanapun tetap manusia. Kelompok esensialis memandang bahwa pendidikan yang didasari pada nilai – nilai yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan ambivalen dan tidak memiliki arah dan orientasi yang jelas. Oleh karena itu agar pendidikan memiliki tujuan yang jelas dan kukuh diperlukan nilai – nilai yang kukuh yang akan mendatangkan kestabilan. Untuk itu perlu dipilih nilai – nilai yang mempunyai tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu.

Rekonstuksionisme
Kata Rekonstuksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme adalah sebuah aliran yang berupaya merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.Aliran ini sering pula disebut aliran rekonstruksi sosial.

Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab sosial. Hal ini mengingat eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya diarahkan untuk pengembangan atau perubahan masyarakat. Tujuan aliran ini tidak lain adalah untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat global yang memiliki hubungan interpendensi.