Minggu, 03 Januari 2016

Antara Cinta, Iman dan Akal

Antara Cinta, Iman dan Akal
Al-‘aqliyyuun yakin bahwa esensi manusia adalah “keberpikirannya”. Bagi mereka semakin sempurna seorang manusia, semakin sempurna pula pemikirannya. Karena itu insan kamil (manusia sempurna) menurut pandangan ini adalah orang yang paling sempurna nalarnya, dalam arti telah menyingkap rahasia wujud (keberadaan) sebagaimana kenyataannya.
Tafakkur, -dalam pengertian rasionalnya-, merupakan satu aktifitas utama yang menghantarkan manusia mencapai tujuannya. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil – albaab. (Yaitu) orang-ornag yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : ` Yaa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran 190-191).
Di sisi lain, para ‘urafa, meyakini bahwa esensi manusia adalah al-qalb (hati). Dalam pandangan ini ihsas(rasa) dan ‘isyq (Cinta) manusia mempunyai nilai lebih dibanding tafakkur – nya. Perlu dicatat di sini bahwa ‘isyq bukanlah dalam arti cinta seksual seperti cinta pada umumnya. Ada dua ciri ‘isyq menurut para ‘urafa ;
  1. Cinta ini bergerak menuju kepada Allah. Ma’syuq (obyek yang dicintai)-nya hanyalah Allah SWT.
  2. Cinta ini mengalir pada semua yang maujud; bintang, bulan, matahari dan yang ada di sekalian alam.
Dalam pandangan ini, seluruh keharmonisan alam adalah tanda aliran ‘isyq(Cinta) dalam segala sesuatu.
Bulan dan matahari
Langit dan bumi
Semuanya berputar-putar
Sedang Sang Penyanyi bergeletar
Bulan dan matahari
Langit dan bumi
Semuanya bak berpelukan
Bercumbu dan mencumbu Tuhan semata
Belum lagi ujung rumput nan ber-embun-an
Menambah sejuk segar hawa pagi nan ber-segar-an
Sepoi angin semilir rancak nan bertiupan
Ia pun mengatakan mari kita mencumbu Tuhan
Dalam semua adalah cinta
Meresapi semua adalah cinta
Tapi cinta pada Tuhan semata
Semua mencinta Tuhan semata
Walau mencumbu tapi tak perlu merayu
Walau mencumbu tapi tak perlu memeluk
Cukup katakan pada-Nya Duhai Sang Ayu
Sampai membanjir airmata meninggalkan ceruk
Hati (al-qalb) adalah sentral Cinta. Maka bagaimana agar manusia mencapai insan kamil ? Para ‘urafa yakin bahwa dengan akal (baca; nalar), manusia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan yang hakiki. Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan;
Kaki para filosof terbuat dari kayu
Kaki yang terbuat dari kayu tidaklah berkekuatan sedikitpun
Sebaliknya para ‘urafa meyakini adanya kitab’azali yang terdapat dalam diri setiap orang. Kitab Agung tempat khazanah pengetahuan Tuhan. Yaitu; hati. Tuhan tidak akan pernah dapat ditampung bimi dan langit, tapi Tuhan dapat ditampung (baca; hadir) pada hati mukmin.Dengan membersihkan hati (tazkiyyatun-nafs) dan mengkonsentrasikan hati serta mengarahkannya hanya kepada Allah, maka seseorang akan dapat mencapai derajat insan kamil.
Dalam kitab sufi tidak terdapat tulisan dan kata,
Yang ada hanya hati putih bak salju
Karena tulisan dan kata hanyalah rerantingan
Sedang Wujud yang dirasa adalah akar
Dan tulisan dan kata hanyalah kekhayalan
Seang rasakanlah Ia yang lebih dekat dari urat leher
Dalam hati sufi tidak terdapat berbagai pengetahuan
Yang ada hanya lah Ia sendiri
Qur’an Suci mengatakan; Beruntunglah mereka yang telah membersihkan dirinya (QS Asy-Syams 9).
Di sisi lain Qur’an Suci mengatakan ; Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling berwasiat tentang kebenaran, dan saling berwasiat tentang kesabaran. Jelas amal shalih apapun tanpa iman adalah seperti seorang gadis tanpa ruh. Walaupun secantik apapun hanyalah mayat. Sebaliknya iman tanpa amal shalih pun mustahil, seperti adanya aliran elektron tanpa arus listrik.
Iman (+amal shalih), akal dan cinta adalah tiga ekivalensi tapi mempunyai dimensi masing-masing. Tidak mungkin beriman terhadap sesuatu yang tidak masuk akal. Tidak mungkin mencintai sesuatu yang tidak diimani wujud-nya. Dan tidak mungkin akal kita dapat berkonsentrasi terus menerus untuk menyingkap rahasia Wujud Yang Maha Agung tanpa dorongan dari geletar ‘isyq yang ada dalam dada.
Apa kesimpulannya? Ketiganya hanyalah manifestasi dari satu hal yang sama. Tiadanya yang satu memustikan ketiadaan yang lain. Hanya saja dimensi kehidupan tak berhingga . Mana kala kita pandang dari sudut nalar, akal-lah namanya. Manakala kita pandang dari sudut hati, cinta-lah namanya dan manakala kita pandang dari sudut keyakinan, iman-lah namanya.
Dengan ketiganya, – atau mungkin lebih tepat lagi dengan segenap wujud nya-, seorang manusia dapt mendekatkan diri kepada Allah. Ketika seseorang sampai pada pintu keselamatan, tidak ada lagi hijab antara ia dengan allah. Dia dapat melihat Allah dengan mata hatinya. Baginya Tuhan benar-benar dapat disifati sebagai Azh-Zhaahir ( Yang Maha Lahir), atau bahkan An-Nuur (Cahaya (Mutlak)), sehingga tak ada suatu apa pun yang lebih jelas dari-Nya. Imam Husein bin ‘Ali (r.a.), -cucu Rasulullah (SAW) yang akan menjadi satu dari pemimpin para pemuda di surga-, mengatakan; “ Adakah maujud yang lebih jelas dan terang dari-Mu?”

Perbedaan Filsafat dan Filsafat Ilmu

Perbedaan Filsafat dan Filsafat Ilmu
 
Banyak ilmuwan dan golongan akademis yang masih belum memahami perbedaan antara ilmu filsafat dan filsafat ilmu secara ‘utuh’. Jika direnungkan kembali, perkembangan IPTEK saat ini sudah lebih cepat dari sebuah kedipan mata. Yang paling mencengangkan lagi adalah tidak hanya sekadar sekat-sekat antar disiplin ilmu dan arogansi ilmu saja yang terjadi saat ini, tetapi yang paling mendasar adalah terpisahnya ilmu itu dengan nilai luhur ilmu yaitu untuk menyejahterakan umat manusia (Bakhtiar, 2011). Jika dicermati lebih lanjut, ilmu filsafat harus dipahami terlebih dahulu secara mendalam dan holistik, sebelum menerapkan ilmu filsafat ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu). Pada hakikatnya, ilmu filsafat memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan ilmu-ilmu sebab ilmu filsafatlah yang telah melahirkan ilmu-ilmu. Oleh sebab itu, ilmu filsafat dikatakan sebagai ‘induk ilmu’. Menurut Setia (1997) filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari akar kata; ‘philein’ (cinta) dan ‘shopos’ (hikmah, kebijaksanaan, kebenaran). Jadi filsafat bermakna cinta akan kebijaksaan (love to the wisdom). Sebagai manusia, kita adalah mahluk yang senantiasa berpikir karena memiliki ‘idep’ (pikiran).
Dengan kemampuan berpikir inilah, pada awalnya manusia merasa keheranan dengan segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam. Hingga akhirnya dengan kemampuan berpikir inilah yang menghantarkan manusia untuk memperoleh suatu jawaban yang bersifat logis. Proses berfilsafat adalah proses berpikir, tetapi tidak semua proses berpikir adalah proses berfilsafat. Berpikir yang bagaimana dapat dikatakan berfilsafat? Berfilsafat adalah berpikir yang radikal, universal, konseptual, koheren, konsisten, sistematik, komperehensif, kritis, bebas, bertanggung jawab, dan bijaksana. Ilmu filsafat yang diterapkan ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) memperhatikan tiga penelahaan dasar ilmu yaitu aspek ontologi (teori hakikat / theory of being), epistemologi (teori pengetahuan/ theory of knowledge), dan aksiologi (teori nilai/ theory of meaning). Kajian ilmu filsafat dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) sangat penting dan fundamental. Keramas (2008) membedakan antara kajian ilmu filsafat dan kajian filsafat ilmu dengan menyatakan bahwa kajian ilmu filsafat ditujukan untuk mendapatkan kebenaran mutlak (absolut) yaitu benar dilihat dari berbagai sudut pandang dan benar pula untuk sepanjang masa sedangkan kajian filsafat pada ilmu (filsafat ilmu) bertujuan untuk memegang etika keilmuan, mencari kegunaan yang terbaik dari ilmu itu untuk kesejahteraan manusia, mencegah agar ilmu tidak menghancurkan manusia tetapi menyejahterakannya, serta mencari kebenaran common sense (bukan kebenaran mutlak/ kebenaran yang masuk akal/ kebenaran sementara/ kebenaran dalam praktek), namun tetap diupayakan mencari kajian-kajian yang mendekati kebenaran mutlak.

filsafat cinta dari Khalil Gibran

 Filsafat Cinta dari Khalil Gibran
 
Atas Nama Cinta
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.
Cinta 1
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.
Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
Cinta 2
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang disela-sela sayapnya melukaimu.
Cinta 3
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba.
Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.
Cinta 4
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.
Cinta 5
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang
Cinta Yang Berlalu
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.
Cinta Lelaki
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
Cinta Pertama
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.
Cinta Dan Air Mata
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.
Kalimah Cinta
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya
Lafaz Cinta 1
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Lafaz Cinta 2
Jangan menangis, Kekasihku... janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta.
Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.
Takdir Cinta
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.
Wanita
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

Filsafat cinta

 FILSAFAT CINTA
Demam film “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) menunjukkan bahwa kata “Cinta” benar-benar masih menjadi magnet bagi banyak orang, terutama remaja dan kaum muda. Tetapi sudahkah mereka memahami filsafat Cinta itu sendiri ataukah mereka hanya menjalani hubungan cinta yang dangkal dan tidak menunjukkan hakikat kemanusiaan itu sendiri?
Cinta bukanlah kata-kata, tetapi adalah tindakan konkrit yang diejawantahkan dalam kehidupan nyata. Demikianlah, buku ini adalah risalah Cinta yang sangat penting: renungan seorang filsuf muda yang telah menghasilkan berbagai karya (buku dan catatan budaya), Nurani Soyomukti.
Dengan menawarkan konsep Cinta yang akan membawa Anda pada pemahaman tentang cinta yang mendalam dan bermakna dalam hubungan antarmanusia, buku ini menawarkan universalisasi hubungan Cinta. Lebih dari sekadar buku yang memberikan kiat-kiat membagun hubungan Cinta eksklusif (pacaran dan pernikahan), buku ini mengkonstruksi sebuah pemahaman yang sangat utuh dan reflektif.
“Buku ini tidak layak dibaca oleh orang yang tidak percaya pada Cinta,” demikian Nurani Soyomukti menegaskan sebelum Anda membaca uraian kata-kata yang mencerahkan tetapi dikemas dengan bahasa yang tidak terlalu berat ini. Maka inilah buku filsafat Cinta yag akan membawa Anda pada pemahaman komprehensif tentang Cinta dan kisah kasih yang Anda jalin dalam kehidupan ini. reflektif, humanis, enlighten, dan kaya akan landasan teoritik… Inilah ‘Ayat-Ayat Cinta Universal’ itu!
Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki tapi hati-hatilah dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU. Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan. Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirinya tanpa suatu pertimbangan. Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Cinta bisa disembunyikan tapi cinta tidak bisa dibungkam, maka katakanlah selagi masih ada kesempatan atau kau akan kehilangan dan menyesal.
Cinta menerima apa adanya mencintai karena adanya perubahan, bukan cinta namanya melainkan perjanjian. Dalam cinta tidak ada perjanjian melainkan keikhlasan. Cinta penuh maaf dan rela berkorban demi yg tercinta bahagia. Mencintai karena ingin balasan, bukan cinta namanya melainkan pamrih. Dalam cinta tidak ada pamrih melainkan ketulusan. Cinta penuh keindahan meskipun hanya dalam khayalan. Jangan mencari jawaban cinta dengan logika, tapi tanyalah hati tentang perasaan cinta dan carilah pembenarannya melalui logika. Jika terus memaksakan keyakinan untuk diterima tanya pada diri sendiri, apa itu benar cinta..?
Cinta tidak bermain dengan logika, tapi rasa untuk selalu membuat bahagia, apapun bentuknya. Jangan salahkan perasaan cinta seseorang terhadapmu karena ia pun tidak pernah tau tentang rasa cinta yg tumbuh itu. Jangan kau benci karena cintanya padamu, ia pun tersiksa karena rasa cinta itu padamu. Jangan kau ambil kesempatan karena cintanya terhadapmu, karena sesungguhnya kau telah berbuat dzolim karena cintanya terhadapmu.
Cinta adalah anugrah Yang Maha Kuasa yg diberikan kepada hamba-Nya yg penuh keindahan dan hanya bisa dirasakan. Dengan cinta orang bisa menutupi luka, dengan cinta orang bisa menyembuhkan luka, dengan cinta orang masih bisa berharap karena cinta manusia masih mempunyai mimpi, karena cinta manusia bisa terluka, karena cinta manusia bisa bahagia.
Cinta sejati adalah cinta yg tidak pernah mengharap untuk dibalas. Cinta sejati hanya memberi walau tanpa menerima. Cinta sejati bisa terluka, tapi tidak kuasa memberikan luka. Hanya cinta Sang Pencipta yg tak pernah mengharap balasan. Hanya cinta Sang Khalik yg tak pernah pamrih. Hanya cinta Sang Pencinta itu sendiri yg selalu setia. Maka cintailah Dia..maka engkau tak akan dikecewakan. Cintailah Dia, karena cintamu akan terbalas. Cintailah Dia..karena Dia selalu setia. Cintailah Dia..karena kau akan bahagia….

Dunia pendidikan

 DUNIA PENDIDIKAN
 
Manusia hidup didunia ini hanyalah untuk belajar dan belajar, karena kita manusia ini bersifat kurang, dalam artian kurang segala galanya seperti manusia ini tidak ada yang mengatakan lebih mereka pastilah mengucapkan kurang, entah dalam logistik maupun keilmuan.

Dalam sebuah pendidikan kita belajar yang namanya sebuah kehidupan baik kehidupan disekolah maupun kehidupan dimasyarakat, dalam kehidupan dalam ruang pendidikan manusia patilah butuh dengan yang namanya sebuah motivasi entah motiasi dari dalam jiwa maupun dengan motivasi orang lain, seperti dalam pendidikan ini kita mengenal yang namanya Kata kata Mutiara Pendidikan ini, mungkin dengan kata kata mutiara pendidikan ini anda bisa termotiasi untuk lebih giat belajar lagi, baiklah kita langsung saja untuk membaca kata kata mutiara pendidikan sperti dibawah ini.

Kata Mutiara Pendidikan
Kata Mutiara Pendidikan

Albert Einstein pernah berkata, "Pendidikan adalah apa yang tersisa (di kepala) setelah seseorang lupa akan apa yang ia pelajari di sekolah."
Aristoteles mengungkapkan, "Pendidikan adalah perbekalan terbaik saat lanjut usia."
Aristoteles juga pernah mengatakan, "Akar pendidikan itu rasanya pahit; tapi buahnya manis."
Seorang bijak pernah berkata, "Mendidik manusia tanpa ajaran agama itu sama saja menciptakan setan yang sangat jenius."
Jean Piaget mengungkapkan, "Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang dapat melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang sudah dilakukan generasi sebelumnya Manusia yang kreatif, memiliki daya cipta, memiliki hasrat keingintahuan."
Seorang mengatakan, "Pendidikan tidak akan sangat berguna jika hanya mengajarkan cara hidup; tapi akan lebih berguna jika mengajarkan cara membuat kehidupan."
G.M Travelyan mengungkapkan, "Pendidikan sudah menciptakan masyarakat yang dapat membaca; tapi tidak dapat menciptakan masyarakat yang dapat membedakan buku apa yang pantas dibaca."
Pernah ada seseorang bilang, "Ciri-ciri orang yang bergelar Profesor itu adalah ia sering salah tapi jarang merasa ragu."
A.A Milne pernah berkata, "Bagi orang yang tidak berpendidikan; huruf A hanyalah 3 buah garis."
Victor Hugo mengatakan, "Orang yang membuka pintu sekolah, ia menutup pintu penjara."
Orang bijak berkata, "Orang yang berpendidikan itu adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari pengalaman buruk yang pernah ia rasakan."
George Santayana bilang, "Anak kecil yang hanya dididik di sekolah adalah anak yang tidak berpendidikan."
Anatole France mengungkapkan, "Pendidikan bukanlah tentang seberapa banyak hal yang kau masukkan dalam ingatan, atau seberapa banyak kau tahu. Pendidikan adalah mampu membedakan antara apa yang kau tahu dengan apa yang kau tidak tahu."
Seseorang pernah mengatakan, "Pendidikan adalah kunci yang dapat membuka pintu emas kemerdekaan."
John Dewey berkata, "Pendidikan adalah proses hidup; dan bukan persiapan hidup di masa depan."
John F. Kennedy mengungkapkan, "Kemerdekaan tanpa belajar itu selalu beresiko; sementara belajar tanpa kemerdekaan itu selalu sia-sia."
Orang bijak pernah berkata, "Pendidikan anak harus dimulai sejak ia masih dalam kandungan agar jika ia lahir, ia akan mencoba mengingat betapa besar kasih sayang seorang ibu."
Gilbert K. Chesterton mengatakan, "Pendidikan adalah periode di backbone kau diajar oleh orang yang tak dikenal, tentang sesuatu yang tak ingin kau kenali."
Chuang Tzu bilang, "Hukuman dan Hadiah adalah bentuk batten rendah pendidikan."
Mandel Creighton mengungkapkan, "Tujuan pendidikan adalah agar seseorang seolah-olah terus menerus mengajukan pertanyaan."
Orang bijak pernah berkata, "Tidak ada pendidikan terhebat selain kesengsaraan."
Ralph Waldo Emerson mengatakan, "Rahasia pendidikan itu terletak pada penghormatan terhadap siswa."
Epictetus mengungkapkan, "Hanya orang yang berpendidikan saja yang dapat bebas."

bekas pondokku dulu

Sejarah Singkat MALNU Perguruan Islam MALNU (Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama) Pusat Menes pada awalnya bernama “Mathla’ul Anwar”, didirikan di Menes pada Tahun 1335 H. bertepatan dengan tahun 1916 M, diantara pendirinya adalah KH. Abdurrahman Bin Jamal, Kh. E. Muhammad Yasin, KH. Tb. Soleh Kananga, dan KH. Arsyad Tegal – Menes (Kakek KH. Tb. A. Ma’ani Rusydi; Ketua Umum PB. MALNU Sekarang). Pada Tahun 1926 M., nama Mathla’ul Anwar disempurnakan menjadi Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) sesuai dengan kesepakatan para Ulama Murid Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantany disaat mendirikan Jam’iyah Nahdlatil Ulama dibawah pimpinan Hadlrotusy Syekh KH. Hasyim Asy’ari. System pendidikan yang diterapkan pada Perguruan Islam MALNU (Mathla’ul Anwar Linahdlatil ‘Ulama) menggunakan system klasik dari tingkat 1 sampai 7 dengan menerapkan kurikulum pendidikan Ulama Salaf. Pada Tahun 1968 M. system pendidikan disempurnakan dari system klasik tingkat I sampai 7 menjadi tingkatan yang bertingkat dari Madrasah; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Dari sinilah berdiri Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes. Secara legalitas kelembagaan dibentuk Yayasan Perguruan Islam MALNU di Menes Pandeglang-Banten pada tanggal 7 Juli 1972 yang dikukuhkan dengan akta Notaris Tb. MH. Suhadisastra, No. 111 tanggal 11 Juli 1972, sebagai ketua Umumnya KH. Tb. Ma’ani Rusydi. Dalam upaya pengembangan kualitas pendidikan pada tahun 1989, Perguruan Islam MALNU dan Ma’had Al-Mu’awanah menyatu menjadi sebuah sekolah berasrama (Boarding School) dengan menggunakan system pondok pesantren salafiyah dan modern, yang beralamatkan di Jalan Alun-Alun Timur Menes Tlp. (0253) 501167 – 501555 Pandeglang Banten 42262. Alhamdulillah, dari upaya yang dilakukan melalui visi, misi dan tujuan Perguruan Islam MALNU, dengan membangun Manhaj kurikulum Pendidikan yang didirikan di atas nilai-nilai salafiyah dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai pendidikan modern, dan penerapan kurikulum Pendidikan Nasional, mendapat tanggapan dan dukungan yang positif dari semua pihak, terlebih pihak-pihak yang mencintai pendidikan Islam. Untuk menjawab kepercayaan yang telah tergabung dengan baik, dimana animo masyarakat cukup menggembirakan, dengan bukti dimana peserta didik Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes untuk Tahun Pendidikan 2010/2011 telah mencapai 900 Peserta Didik dari jumlah ini yang baru dapat di asramakan sebanyak 300 Orang. Maka seyogyanya kami berusaha semaksimal mungkin agar kepercayaan masyarakat dapat terwujud dengan hasil yang menggembirakan, yaitu dimana seluruh lulusan (Output – Out come) Madrasah Aliyah MALNU Pusat Menes menjadi lulusan yang terbaik; Untuk diri peserta didik dan lingkungan masyarakatnya, tentunya hal ini perlu mendapatkan dukungan dan kerja sama dari semua pihak didalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Banten khususnya.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

aliran filsafat islam

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ISLAM

A.     ALIRAN PARIPATETIK


Istilah paripatetik muncul sebagai sebutan bagi para pengikut Aristoteles. Paripatetik sendiri berasal dari bahasa Yunani “paripatein” yang berarti berkeliling, berjalan-jalan berkeliling. Kata ini juga menunjuk pada suatu tempat, beranda dari peripatos. Dan dalam tradisi Yunani, kata ini mengacu pada suatu tempat yang biasa digunakan oleh Aristoteles untuk mengajar sambil berjalan-jalan. Dalam tradisi filsafat islam paripatetik disebut dengan istilah masysyaiyyah yang diambil dari kata masya-yamsyi-masyyan wa timsyaan yang juga memiliki arti berjalan atau melangkahkan kaki dari satu tempat ketempat yang lainLanjutkan Membaca.
Terdapat beberapa ahli hikmah baik yang islam maupun non islam yang dikelompokkan sebagai para filosof paripatetik. Dikatakan sebagai filosof paripatetik dikarenakan oleh  landasan epistemologi yang digunakan bagi filsafat mereka berdasarkan rasional murni yang tersusun dari premis minor dan premis mayor yang telah disepakati. Para filosof tersebut antara lain Plato, Aristoteles, Plotinus. Sementara dari dunia islam antara lain al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina yang kebetulan menjadi wakil para filosof paripatetik sebelumnya, serta pemikirannya yang menjadi objek pembahasan kami pada makalah ini.
a)      Ibn Sina
Abu Ali Hussein ibn Abdullah ibn Sina, yang di Barat dikenal dengan nama Avicenna dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afsyana dekat Bukhara, dan meninggal di Hamadan pada tahun 428 H/1037 M. Di Timur ia dikenal sebagai Hujjat al-Haqq (bukti sang Tuhan/kebenaran), Ia terlahir dari keluarga yang menganut paham isma’iliyah. Sejak usia dini, Ibn Sina sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan ayahnya yang selalu memperhatikan pendidikannya . di usianya yang kesepuluh, Ibn sina sudah menguasai keseluruhan al-Qur’an dan tata bahasa, dan sudah mulai mempelajari logika dan matematika.  Setelah menguasai logika dan matematika, ia pun segera beranjak untuk mempelajari  fisika, metafiska, dan kedokteran kepada Abu Sahl al-Masihi. Di usianya yang ke enam belas ia sudah mahir dalam semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di masanya kecuali metafisika seperti terkandung dalam metafisikanya Aristoteles yang  walaupun ia telah membacanya berulang-ulang  bahkan sampai menghafalnya ia masih belum bisa memahaminya. Namun hal itu pun teratasi ketika ia membaca ulasan-ulasan al-Farabi tentang metafisika Aristoteles  yang memberikan penjelasan pada bagian-bagian yang dianggap rumit oleh Ibn Sina. Di usianya yang ke delapan belas, Ibn Sina sudah menguasai semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di masanya tanpa terkecuali, sejak saat itu Ibn Sina sudah tidak lagi memperluas pengetahuannya, beliau hanya mendalami pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya. hal ini tercermin dari perkataannya yang ia ucapkan kepada muridnya, al-Juzjani di penghujug usianya bahwa sepanjang tahun yang telah ia lalui ia telah mempelajari tidak lebih dari apa yang ia ketahui sebagai seorang pemuda yang berusia delapan belas tahun.
b)      Ontologi
Berbicara masalah status ontologis segala sesuatu, secara otomatis kita akan berbicara masalah hakikat dari sesuatu yang akan kita bahas. Pada hal ini objek pembahasan kita adalah ontologi dari filsafat paripatetik menurut Ibn Sina.  Hakikat sesuatu tergantung pada eksistensinya, dan pengetahuan atas sebuah obyek pada puncaknya adalah pengetahuan terhadap status ontologisnya dalam rangkaian eksistensi universal yang menentukan seluruh atribut dan kualitasnya. Kajian Ibn Sina yang menjadi ciri utama dari seluruh gagasan ontologinya adalah mengenai perbedaan yang sangat mendasar tentang segala sesuatu. Perbedaan itu adalah mengenai kuiditas atau esensi (mahiyah) sesuatu dan eksistensinya (wujud) sesuatu, berikut keniscayaan, kemungkinan, dan kemustahilannya. Namun sebelum kita membahas lebih jauh perihal gagasan ontologinya Ibn Sina, alangkah baiknya kalau kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan kuiditas (mahiyah) dan eksistensi (wujud). Berbicara masalah kuiditas (mahiyah) biasanya identik dengan pertanyaan apakah sesuatu itu? (ma hiya). Untuk lebih jelasnya kita akan coba untuk membawanya pada perumpamaan. Misalnya, ketika seseorang membayangkan seekor ayam jantan, maka secara tidak langsung orang itu dapat membedakan gagasan tentang ayam jantan tersebut yang meliputi warna, bentuk, dan sebagainya yang disebut sebagai kuiditas (ahiyah) dengan ayam jantan itu sendiri yang ada pada realitas external yang disebut exsistensi (wujud). Di dalam pikiran kuiditas sesuatu tidak terikat dengan eksistensinya artinya bahwa setiap orang dapat memikirkan apapun, kendati apa yang dipikirkan itu tidak ada pada realitas eksternal. Seperti ketika seseorang bisa berpikir tentang manusia yang bersayap, yang pada realitasnya eksternalnya manusia bersayap itu tidak ada. Namun dalam realitas eksternal kuiditas dan eksistensi itu adalah hal yang sama, tak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Artinya bahwa kuiditas dan eksistensi itu bukanlah dua hal yang memiliki realitas eksternal masing-masing melainkan pada realitas eksternal keduanya itu adalah satu komponen yang membentuk satu realitas di dalam realitas eksternal. Dari penjelasan di atas, dapat kita hubungkan langsung  dengan pokok permasalahan yang akan menjadi dasar prinsip (ashl) Ibn Sina adalah tentang pendapat beliau yang menyatakan bahwa eksistensilah yang memberikan realitas pada setiap kuiditas. Walaupun beberapa abad berikutnya, pendapat ini mendapat kritikan keras dari pilosof Suhrawardi yang justru memiliki konsep yang berbeda dengan konsep (ashl) Ibn sina. Dan persoalan ini akan kami bahas pada pembahasan berikutnya seputar Suhrawadi.
Hal lain yang menjadi perbedaan mendasar mengenai kuiditas dan eksistensi dalam sudut pandang Ibn Sina adalah mengenai pemilahan beliau tentang wujud niscaya (wajib), mungkin (mumkin), dan mustahil (mumtani’). Inilah formulasi original dari Ibn Sina yang disepakati oleh para pilosof setelahnya.
  1. Niscaya ( wajib)
Apabila kuiditas tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya, namun ketiadaannya adalah hal yang mustahil karena akan menimbulkan kontradiksi itulah disebut dengan wujud niscaya (wajib). Dalam kasus ini, kuiditas dan wujud merupakan hal yang sama, kuiditasnya adalah wujud dan wujud adalah kuiditas. Sesuatu yang dapat kita nisbatkan sebagai wujud niscaya ini adalah tuhan, yang keberadaannya adalah sebuah keharusan, sebab keniscayaannya akan menimbulkan banyak kontradiksi.

     2. Mungkin (mumkin)

Apabila kuiditas sebuah objek berhadapan dengan eksistensi dan noneksistensi. Artinya bahwa sesuatu itu bisa ada atau tidak ada tanpa menimbulkan kontradiksi atau kemustahilan, maka sesuatu itu bisa dikatakan sebagai wujud mungkin (mumkin). Banyak hal yang bisa kita nisbatkan pada wujud mungkin ini, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya. Bahwa keberadaan atau ketiadaan manusia itu tak akan menyebabkan suatu kemustahilan atau kontradiksi. Ia bisa ada atau pun tidak ada.

      3. Mustahil (mumtani’).

Apabila seseorang melihat kuiditas sebuah objek di dalam pikiran, dan kuiditas tersebut tidak dapat diterima oleh eksistensi dengan cara apapun yaitu kuiditas tersebut tidak dapat eksis karena tidak ada eksistensi yang mampu menerimanya , maka objek tersebut tidak ada atau mustahil ada (mumtani’).
Selanjutnya bahwa Ibn Sina juga membagi wujud mungkin itu sendiri menjadi dua bagian, pertama adalah wujud mungkin yang di dalam dirinya dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya, dan yang kedua wujud mungkin yang di dalam dirinya tidak dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya. Hal ini akan kami bahas dalam pembahasan  kosmologinya Ibn Sina pada pembahasan kosmologi.
c)      Kosmologi
Pembahasan kosmologi ini membahas tentang proses bagaimana suatu ketunggalan itu bisa berubah menjadi suatu keragaman, layaknya alam semesta, para malaikat yang beragam itu berasal dari suatu yang tunggal yaitu tuhan. kosmologi melalui sudut pandang Ibn Sina ini sebenarnya sangat berkaitan erat dengan pembahasan angelologi. Maksudnya bahwa malaikat memiliki peran dan signifikansi dalam proses penciptaan. Dengan bersandarkan kepada skema pancaran hierarki malaikat yang berurutan, namun masih dalam koridor kemungkinan dan ketergantungannya sebagai makhluk. Maka dari sinilah Ibn Sina berpandangan bahwa dari yang satu itu hanya mungkin melahirkan satu wujud. Wujud itulah yang disebut akal pertama sebagai pancaran langsung dari tuhan. Dan dari wujud pertama memancarkan akal kedua serta langit pertama, begitu seterusnya hingga sampai akal ke sepuluh dan bumi, dan dari akal ke sepuluh memancarkan segala sesuatu yang ada di bumi. Dikatakan juga bahwa akal pertama itu adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah jibril. Ibn Sina juga menggunakan gagasan bahwa melalui inteleksilah proses penciptaan itu terjadi.
Penting juga untuk diketahui bahwa  akal satu itu memiliki dua sifat, pertama adalah sifat al-wajib wujud lighairihi hal ini jika ditinjau dari sifat akal satu sebagai pancaran langsung dari tuhan. Yang kedua adalah mumkin al wujud lidzatihi hal ini jika ditinjau dari hakikat dirinya.
Sebelum masuk pada pembahasan selanjutnya ada baiknya kalau kita membahas terlebih dahulu tentang keterbagian wujud mumkin menjadi dua bagian, yang pertama adalah wujud mumkin yang mengandung sifat niscaya dan wujud mumkin yang sama sekali tidak mengandung sifat niscaya. Wujud mumkin yang pertama ini adalah apa yang kita sebut  malaikat sebagai “akibat abadi” dari Tuhan, artinya bahwa Tuhan menjadikannya sebagai wujud yang niscaya namun tingkat keniscayaan disini berbeda dengan keniscayaan yang ada pada Tuhan.  Wujud mumkin yang kedua ini adalah apa yang kita sebut manusia, hewan, dsbg. Artinya bahwa wujud manusia ini tidak bersifat abadi. Inti perbedaannya adalah bahwa wujud mumkin para malaikat bersifat abadi dan wujud mumkin manusia, hewan, dsbg itu tidak bersifat abadi.